Kembali Terluka

Kev
4 min read2 days ago

--

Kananta tak bisa berhenti mengeluarkan air mata mendengar lagu Naufan begitu rilis. Ia tak menyangka bisa sesakit ini rasanya ketika seorang mantan kekasih mempersembahkan sebuah lagu untuknya. Yang makin membuat hatinya sesak adalah suaminya berkontribusi cukup banyak dalam lagu itu.

Lirik yang putus asa, diikuti dengan harapan ingin bahagia dengan berhenti mencintai, membuat Kananta mengerti bahwa memang benar Naufan masih mencintainya. Mungkin butuh keberanian besar bagi Naufan untuk menegaskan kata berhenti ketika ia sangat keras kepala dengan merawat perasaan itu bertahun-tahun lamanya. Rasanya sedikit melegakan bagi Kananta.

Begitu Kananta sedang menonton music video sekali lagi untuk mencermati liriknya, ia melihat Naufan hanya berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang tidak ia mengerti. Perlahan, Kananta menurunkan ponsel dan mematikan lagu itu. Ia tertangkap basah.

“Belum tidur?” tanya Naufan seraya berjalan mendekat, lalu bersiap untuk merebah.

Kananta menggelengkan kepala. “Maaf aku dengerin lagunya, Mas,” ungkapnya.

“Kenapa minta maaf? Makasih udah support karya gue. Bukannya lo dengerin lagu itu pure buat hargai hasil kerja gue kan?” Naufan berbaring lebih dulu menghadap Kananta yang masih terduduk dengan kaki yang terbalut selimut.

Kananta tertegun. Iya, dia memang ingin menghargai hasil kerja sang suami sebagai produser dari lagu Naufan. Namun, di samping itu, ia ingin tahu pesan apa yang Naufan sampaikan padanya melalui lagu itu.

“Ayo tidur, atau mau kejar diskonan?” Naufan menepuk-nepuk bantal kosong di sebelahnya agar Kananta cepat berbaring. Beruntung boneka bau apek itu tidak jadi ditaruh di tengah sebagaimana ancaman Kananta sebelumnya.

Kananta hanya terdiam dan menunduk. Ia mengambil ponselnya dan segera meletakkan di nakas. Pandangannya memburam, tapi ia berusaha untuk menahan air matanya. Jangan sampai Sean menyadarinya atau nanti ia akan salah paham. Namun, siapa sangka Sean terus memerhatikan gerak-gerik Kananta yang tampak lebih diam, tak seperti di kolom chat tadi.

Sean duduk menghadap Kananta, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dan meraih salah satu tangannya untuk digenggam. “Gak mungkin perasaan lo biasa aja setelah denger lagu Naufan, gue yakin itu.” Sean menangkap ekspresi terkejut dari Kananta.

Ia melanjutkan, “Naufan itu tulus sama lo. Mungkin kalau mantannya bukan lo, gue akan sedikit empati sama dia. Gue yakin selama kalian pacaran, banyak hal yang udah kalian lewatin bareng-bareng sampai ketika udah putus empat tahun pun kalian masih begini. Gue gak akan melewati batas. Gue gak akan ikut campur sama apa yang terjadi antara kalian di masa lalu. Tapi, biarkan gue menata masa depan sekarang. Biarkan gue mengisi hati lo sepenuhnya sampai lo gak merasa sedih ketika inget sama dia atau apa yang dia lakuin sama lo dulu. Nan, gue gak akan maksa lo buat lupain dia sekarang juga. Karena gue yakin, pasti setelah denger lagunya lo merasakan sesuatu yang lo lupakan dari Naufan. Gue gak mau lo tenggelam lagi sama perasaan itu, tapi gue juga gak maksa lo lupain Naufan sepenuhnya.”

Kananta terisak. “Mas, aku boleh nangis kan? Kamu gak marah kan aku nangis karena lagu itu?”

Sean tidak langsung menjawab, ia memerhatikan air mata yang buru-buru diseka oleh Kananta agar berhenti mengalir. “Gue gak tau perasaan lo sama Naufan sedalam ini.”

Kananta terbelalak kaget mendengar Sean berkata begitu. Apakah Sean tengah menyindirnya?

Sean tertunduk, tak sanggup memandangi istrinya yang menangisi lagu dari mantan kekasihnya. “Misi gue sekarang adalah menyingkirkan sisa-sisa perasaan lo sama Naufan. Lo harus berani buat buang jauh-jauh perasaan lo sama dia. Naufan aja bilang kalau dia habisin perasaannya buat lo di lagu ini. Tapi, lo sendiri masih menyimpan perasaan itu dan ….” Sean terdiam, tak bisa melanjutkan kalimatnya. Rasanya tak perlu diperjelas kalau ia tengah kecewa pada Kananta malam ini. Ia pikir, Kananta sudah tertidur karena tidak peduli dengan lagu Naufan. Namun ternyata, Kananta menangisinya.

“Makasih udah gak menghakimi perasaan aku. Tapi, perasaan aku udah hilang karena cara dia ninggalin aku. Aku gak perlu sebut-sebut lagi soal keadaan aku gimana kan? Aku dibuat sehancur itu dan aku gak mau merasakan kehancuran itu lagi. Aku bahagia sama kamu, mencintai kamu, dan gak pernah kasih Naufan kesempatan buat mengisi hati aku lagi. Mendengar lagunya mengingatkan aku sama gimana cara dia matahin hati dan berantakin hidup aku. Tapi, kamu lihat keadaan aku sekarang yang jauh lebih baik setelah empat tahun bareng kamu. Mengingat, mengenang, bukan berarti aku mau kembali pada perasaan itu. Nama kamu udah cukup memenuhi hati aku sekarang, jadi jangan khawatir lagi ya, Mas?” Kananta berbaring lebih dulu, membuat Naufan mengikutinya dengan pandangan yang tidak pernah lepas darinya.

Keduanya berbaring dan saling menatap. Tidak ada yang mendekat atau mendekap lebih dulu. Sean mendadak segan untuk memeluk istrinya karena merasa Kananta saat ini seolah sedang dirasuki jiwanya di masa lalu. Kananta yang bukan istrinya, melainkan seorang mantan kekasih Naufan yang baru saja dihadiahi lagu.

“Nan, lo gapapa kan?” Sean melihat air mata Kananta mengalir lagi.

Kananta menggeleng dan menenggelamkan kepalanya di dada sang suami. Memeluknya erat-erat untuk menahan isaknya. “Ternyata separah ini Naufan nyakitin aku, Mas. Aku … aku gak sanggup dengerin lagi lagu itu.”

Sean mengelus-elus punggungnya untuk menenangkan Kananta yang semakin terisak. Tangisannya terdengar amat pedih hingga ia merasa bersalah sudah meremehkan dan menganggap enteng luka yang Kananta rasakan. Sama halnya seperti Sean yang dipaksa menggali lagi kenangan mengenai Sera saat dimintai keterangan soal kasus plagiasi, mungkin sekarang Kananta pun begitu dan lebih dari itu. Lagu itu membuat luka yang selama ini Kananta coba sembuhkan, kembali terbuka.

Sean tak tahu harus melakukan apa untuk membuat Kananta benar-benar sembuh. Ia hanya bisa memeluknya seperti sekarang, menenangkan tanpa menghakimi perasaannya. Kalau saja ia tahu akan begini jadinya, ia akan menolak tawaran untuk menjadi produser lagu ini. Atau kalau sudah terlanjur, mungkin Sean tak akan membiarkan Naufan menulis perasaannya sejelas itu. Sean bertanggung jawab atas perasaan sakit yang kembali Kananta rasakan malam ini.

--

--

Kev

Welcome to Kevlitera, an archive for Kev's Story.