credit to the owner

Concert — It’s been a long time

Kev
8 min readJun 5, 2024

--

Kananta sudah duduk sesuai nomor yang tertera di tiket yang Sean beri. Ia tidak menyangka berada di lima baris terdepan dari stage. Sangat dekat. Abin di sampingnya sudah siap dengan kamera ponsel yang sudah diatur sedemikian rupa agar dapat menangkap momen dengan epik saat Junario tampil nanti.

Kananta tidak sempat bertemu dengan kedua temannya yang ikut menonton saking banyaknya yang datang. Sulit untuk menemukan mereka hingga akhirnya Kananta menyerah saja. Konser masih dimulai sekitar lima belas menit lagi. Ia mencoba menghubungi Sean, tetapi seperti dugaan, Sean tidak menjawab teleponnya. Maka, Kananta mengirimi pesan dan memberi foto yang menunjukkan ia sudah duduk di tempatnya.

“Aduh, Kak, maaf, boleh tolong ambilin gak? Itu gelang gue jatuh di deket kakinya.”

Kananta amat terkejut kala seseorang di sebelahnya mengajak bicara tiba-tiba. Lantas, ia mengambilkan gelang yang dimaksud. Hampir saja ia injak. “Ini ya, Kak.”

“Makasih ya, Kak. Eh iya, boleh kenalan gak? Junalov era apa, btw?” Tangannya terulur begitu saja untuk berkenalan.

Kananta menjabat tangannya dengan ragu. Ia tidak biasa berkenalan secepat ini. “Namaku Nanta. Sebenernya aku casual listener aja sih, suka sama lagu-lagunya aja. Jadi, gak terlalu ikutin,” sahutnya seraya tersenyum kaku.

“Wah? Beneran? Kok bisa hoki dapet VIP sih? Gue aja dapet dari calo sampai tiga kali lipat harganya,” keluhnya seraya menampakkan raut sedih, lalu kemudian tersenyum lagi. “Panggil aja gue Rara ya. Meskipun udah punya anak satu, gue Junalov garis keras, harus nonton konsernya yang cuma satu hari ini!”

Wanita bernama Rara itu tergelak dengan ucapannya sendiri. Kananta hanya bisa tersenyum mendengarnya. Sudah punya anak pun masih bisa menyempatkan untuk menonton idolanya.

“Oh iya, kayaknya kita seumuran deh. Gue 29, lo?”

Kananta tertegun ditanyai usia tiba-tiba. “A-aku 28.”

“Paling beda berapa bulan. Panggil nama aja ya, gapapa? Lo panggil Rara aja,” usulnya yang hanya diberi anggukan oleh Kananta.

Lantas, semua lampu dimatikan, pertanda konser akan segera dimulai. Terdengar sorakan penonton yang tak sabar untuk melihat sang idola tampil.

“Wah, wah, wah, kereeen! Woaaaahh.”

Kananta hanya tertawa melihat Abin yang fokus merekam dengan mulutnya yang tidak berhenti takjub melihat opening konser yang mengesankan. Kananta tidak berniat banyak merekam, biar Abin yang melakukannya. Ia ingin menikmati saja.

Sorakan penonton semakin kencang kala Junario tersorot dengan pakaian mewah, maju ke depan panggung dengan menari berpasangan bersama seorang wanita bak seorang pangeran. Lagu pertama yang dibawakan adalah lagu yang rilis pada awal tahun debutnya, makanya Kananta kurang familiar sebab bukan Sean yang menjadi produsernya.

Semua penonton ikut bernyanyi dengan kompak, sementara Kananta tak bisa ikut karena tidak hafal. Ia hanya menyaksikan Junario yang begitu berkharisma hingga akhirnya ia mengerti mengapa begitu banyak orang mengidolakannya. Mengapa temannya sampai tergila-gila, bahkan orang di sebelahnya sampai berani membayar tiket tiga kali lipat demi datang menonton Junario lebih dekat sampai meninggalkan anaknya. Kananta bertepuk tangan takjub, ia tak menyangka bahwa Junario, orang yang tampil di atas panggung tersebut adalah orang yang sama yang ingin Sean jadikan anak angkat mereka — meskipun hanya candaan — bahkan ingin dipanggil Dede Juna.

Kalau diingat-ingat lagi, Kananta ingin tertawa, tapi kini ia malah terharu. Ia merasa bangga melihat Junario tampil di depan ribuan penonton dengan penuh percaya diri. Ia seperti melihat anak sendiri.

Lantas, penampilan berlanjut dengan lagu yang enerjik. Junario menari dengan banyak dancer yang mengiringinya. Melihatnya saja membuat Kananta kewalahan, tapi suara Junario tetap terdengar stabil. Para penonton pun turut bersorak dan ikut bernyanyi. Pantas Sean tak ingin membiarkan Kananta melewatkan konser ini. Berada di sana, membuat Kananta lupa dengan semua masalah yang ada di kepalanya. Bahkan, ia ikut melompat-lompat sambil bergandengan dengan Rara di sampingnya, padahal mereka baru bertemu hari ini.

Sudah lima lagu yang dinyanyikan, Junario berhenti sebentar untuk mengatur napasnya dan memberi speech sebagai pembukaan.

“Terima kasih untuk semua Junalov yang datang hari ini. Gue bersyukur banget kita bisa ketemu lagi dengan keadaan yang sama-sama merindukan momen ini. Jujur, setelah tuduhan kemarin, gue putus asa banget sampai takut gak bisa ketemu lagi sama kalian. Tapi, ternyata gak terbukti, kan? Unwritten Chapters adalah lagu spesial yang gue hadiahkan untuk Junalov tepat di anniversary Junalov yang ketiga. Kalau itu plagiat, berarti cinta gue buat kalian palsu.” Junario tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, mengundang sorakan dari penonton yang mengatakan kalau Junario tak perlu menangis.

Melihat Junario yang tampak sedih menyampaikan kalimatnya, membuat Kananta tak bisa menahan air matanya. Ia mengerti bagaimana perasaan Junario ketika mendapat tuduhan plagiat tersebut sebab suaminya pun terkena akibatnya. Ia ingat betul kala tuduhan itu menjadi topik yang dibicarakan di mana-mana, ia tidak bisa hadir di samping Sean. Mungkin kehadirannya tidak akan membantu begitu banyak, tapi setidaknya ia bisa menguatkan Sean agar tidak menghadapi semuanya sendiri.

Lantas, Junario berdiri di tengah panggung dengan standing mic dan alunan piano yang memainkan melodi dari Unwritten Chapters.

“Kak, itu Bang Sean bukan?” Abin memperlihatkan layar ponselnya dan memperbesar sang pianis yang berada di ujung panggung. Wajahnya tidak terlalu jelas, tapi dari perawakannya sudah jelas itu Sean, suaminya!

“Iya, Bin. Rekamin dong, rekam Mas Sean doang, Junario gak perlu,” pinta Kananta sekuat tenaga menahan diri untuk tidak berteriak saking senangnya melihat Sean benar-benar naik ke atas panggung. Meski tidak menyanyi, tetap saja Kananta senang karena bisa melihat suaminya tampil di atas panggung untuk pertama kalinya.

Loving you is not part of the dream I wrote

But let’s fill rest of this page with love

Air matanya mengalir begitu saja mendengar bagian favoritnya. Matanya tak lepas dari Sean meski wajahnya tidak begitu jelas terlihat. Namun, meskipun begitu, ia tahu betul itu Sean, orang yang menulis lagu ini untuknya.

“Makasih, Mas,” gumamnya lirih.

Junario turun dari panggung untuk mempersiapkan lagu berikutnya. Lalu, Rara tiba-tiba memeluknya sambil menangis. “Kenapa Junario bisa nyanyiin lagu seindah ini? Gue selalu nangis kalau denger lagunya.”

Kananta pun mengelus-elus punggungnya untuk menenangkan. Ternyata, bukan hanya dia yang selalu emosional mendengar lagu ini sebab di sekitarnya pun banyak yang saling berpelukan dan menangis begitu Junario turun dari panggung. Ia ingin berterima kasih pada semua orang sudah berkontribusi dalam lagu ini, terutama sang produser, Sean.

Tak lama, Rara melerai pelukannya. “Maaf ya, gue main peluk-peluk aja,” ujarnya seraya mengelap air matanya dengan hati-hati agar riasannya tidak luntur.

Kananta menggeleng. “Gapapa kok. Aku paham perasaan kamu.”

Kananta buru-buru mengetikkan pesan untuk Sean, ia benar-benar tidak bisa sabar untuk memberitahunya.

Kananta's POV chat

Iringan musik kembali terdengar dan segera mendapat sorakan keras dari penonton. Junario kembali muncul dengan lagu yang lebih ceria. Nyanyian dari penonton turut memeriahkan penampilan di bagian kedua ini, seakan adegan menangis massal tadi tidak pernah ada.

Lantas, ada suara lain yang menyanyikan verse kedua hingga mendapat sorakan yang lebih kencang dari penonton.

My Bro, Naufan Alvarendra!” sambut Junario.

“NAUFAAANNNN!!!” Rara di sampingnya berteriak saking tak percaya dengan orang yang datang menjadi special guest di konser Junario hari ini.

Credit to the owner

Kananta hanya membeku di tempat. Ia tidak sanggup untuk berteriak seperti yang lain. Naufan Alvarendra, mantan kekasihnya yang kini tengah bekerja dengan Sean untuk comeback-nya setelah hiatus. Orang yang tiba-tiba kembali menghubunginya dan memaksa ingin bertemu sampai Kananta memblokir akunnya. Kini, orang itu ada di hadapannya, bernyanyi bersama dengan Junario.

Empat tahun tidak bertemu dan hanya melihatnya seliweran di acara televisi atau sosial media, kini akhirnya ia bertemu secara langsung dengan Naufan. Ia hanya bisa terduduk lemah sampai Abin ikut duduk karena khawatir dengan keadaan kakaknya.

“Kak, kenapa? Kak Nanta sakit? Mau Abin kasih tau Bang Sean?” tanya Abin langsung panik dan bersiap untuk menelepon Sean meski entah akan diangkat atau tidak.

Kananta menggeleng segera. “Cuma pegel aja berdiri sambil lompat-lompat. Kamu lanjut rekam aja,” sangkalnya tak ingin membuat Abin khawatir. Sebenarnya Abin tahu soal Naufan pernah berpacaran dengan Kananta, bahkan tahu penyebab Kananta hampir kehilangan nyawa saking depresi ditinggal begitu saja oleh Naufan. Akan tetapi, Abin tak pernah tahu bahwa Naufan mantannya adalah Naufan yang sama dengan aktor terkenal yang kini tengah menyanyi di atas panggung bersama Junario. Abin masih sangat muda untuk mengingat itu. Pun karena penampilan Naufan dulu dengan sekarang jelas berbeda.

Pandangan Kananta hanya bisa fokus pada Naufan. Dia terlihat menjalani hidupnya dengan sangat baik. Benar-benar seperti orang lain, tak sama dengan orang yang menghubunginya dan memaksa ingin bertemu. Naufan yang kini berada di atas panggung benar-benar seperti seorang selebriti yang sulit digapai, bahkan untuk mendapat atensinya pun nyaris mustahil.

Credit to the owner

Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat. Serupa dengan Junario tadi, Kananta merasa bangga melihat Naufan berada di titik ini. Ia senang melihatnya di atas panggung. Terlepas dari hubungan masa lalu keduanya yang berakhir kurang baik, bagaimanapun juga Kananta menemani awal kariernya. Dulu, Naufan hanya seorang vokalis dari band kampus yang tampil di acara kampus atau festival musik lokal. Lantas, setelah putus, Naufan tampil sebagai solois yang kurang populer. Popularitasnya naik kala Naufan membintangi sebuah drama yang mendapat sorotan publik hingga akhirnya Naufan lebih banyak tampil sebagai aktor ketimbang penyanyi.

“Halo, Junalov!” Naufan menyapa penonton setelah menyanyikan dua lagu bersama Junario. “Maaf ya kalau gue lancang tampil di acara Junario.”

Kemudian terdengar sorakan penonton yang tidak setuju. Tentu saja, popularitasnya Naufan bahkan melebihi Junario kalau perlu dibandingkan. Tidak mungkin tidak ada yang mengenal Naufan, apalagi setelah tersebar kabar bahwa Naufan akan menggaet Produser SEA untuk comeback-nya, tentu saja para Junalov akan menunggu dan penasaran seperti apa lagu yang akan dibawakan oleh Naufan.

Naufan tampak malu-malu dan berkata, “Progres lagu gue udah 85%. Gue belum kasih judul dan masih diskusi sama pak produser, tapi … di sini gue bakal bawain sedikit aja. Kalian mau denger gak?”

Sontak para penonton berteriak mau.

“Mauuuu!” seru Junario ikut berteriak seperti penonton.

“Oke, dikit aja ya. Nanti dimarahin sama pak Prod,” kelakar Naufan sembari cekikikan, Junario pun ikut tertawa karena paham bagaimana Sean yang amat ketat untuk tidak memberi spoiler pada siapa pun sebelum lagunya rilis.

“I was stupid, but the stupidest thing i did was leave you

I left you but my heart was left next to you

Just hate me cause i deserve it.” Naufan hanya tersenyum tipis mengakhiri nyanyiannya yang amat singkat. Tak disangka, para penonton bertepuk tangan dengan amat meriah mendengar bocoran dari lagu Naufan yang dinyanyikan dengan nada rendahnya yang terdengar lembut di telinga.

Kananta pun tanpa sadar ikut bertepuk tangan, tetapi amat pelan dan lambat. Hatinya teramat sakit mendengar lirik yang Naufan nyanyikan. Apakah ia boleh terlalu percaya diri bahwa lagu itu ditujukan untuknya?

“Fan, I loved you and this hurts me so hard.”

--

--

Kev

Welcome to Kevlitera, an archive for Kev's Story.