Can you forgive me?

Kev
4 min readJun 8, 2024

Dia sudah bahagia. Naufan tersenyum malas. Setelah empat tahun berlalu, akhirnya malam ini ia bisa bertatap muka dengan Kananta. Aah, dia juga menonton konser Junario rupanya. Berarti, Kananta mendengar lagunya juga, kan? Apakah Kananta menyadari bahwa lagu itu untuknya?

Malam sudah larut. Sepulang makan malam bersama, Naufan hanya duduk termenung di balkon dengan pemandangan kota yang gemerlap. Meskipun udara berembus dingin, tidak cukup memberinya alasan untuk masuk. Semua kejadian tadi terus terputar berulang kali di kepala. Kananta tak banyak berubah. Hanya alasan senyumnya yang berbeda, bukan lagi dirinya, melainkan suaminya. Kananta pun menepati ucapannya dengan bertindak seperti orang asing ketika bertemu.

Naufan sangat terkejut kala mengetahui suami Kananta adalah Sean, produser yang bekerja dengannya untuk comeback-nya setelah hiatus selama tiga tahun. Entah bagaimana ia akan bersikap ke depannya mengingat mantan yang ia bicarakan di lagunya adalah istri dari sang produser sendiri.

Kananta saja sudah bahagia, mengapa dirinya tidak? Padahal, siapa yang lebih dulu meninggalkan? Ingatan Naufan kembali pada empat tahun lalu di mana ia memutus hubungan setelah bertunangan dan tinggal menentukan tanggal yang tepat untuk melangsungkan pernikahan. Kalau ditanya menyesal, itulah penyesalan terbesar di hidupnya. Ia meninggalkan Kananta demi perempuan asing yang tidak ia ketahui asal-usulnya untuk mempertanggung jawabkan hal gila yang sama sekali tidak ia lakukan. Demi apa? Demi kehormatan keluarga katanya.

“Fan …, belum tidur? Kamu kan habis ngonser, pasti capek.” Sebuah suara menginterupsi dari dalam kamar, lantas menyampirkan jaket tebal pada tubuh Naufan.

“Ma, Naufan ketemu lagi sama Kananta.” Naufan mengadu pada sang mama, satu-satunya orang yang kini tinggal bersamanya.

“Bukannya kamu bilang sebelum ini kamu udah ketemu?” tanya sang mama tak paham.

“Yang sebelumnya Naufan cuma lihat dari jauh, kalau yang sekarang beneran ketemu. Dia sudah menikah dan bahagia, Ma. Kenapa Naufan enggak?” Naufan menyandarkan kepala pada pundak mamanya, berbagi kegundahannya yang membuatnya tak bisa tidur dengan damai malam ini.

“Mama banyak lihat video kamu di konser hari ini. Kamu keren di atas panggung, Mama kangen lihat Naufan nyanyi lagi. Kamu banyak tersenyum dan sangat menikmati penampilan kamu,” ujar sang mama seraya mengelus-elus bahu sang anak dari samping.

“Naufan suka tampil di atas panggung karena semua pikiran di kepala tuh bisa hilang gitu aja. Pikiran Naufan cuma mikirin lagu yang lagi dinyanyiin. Andai abang gak bikin masalah lagi, mungkin Naufan bisa tampil bareng abang, Ma.” Naufan menghela napas panjang mengingat kakak laki-lakinya yang selalu saja membawa masalah untuk keluarganya, terutama untuk Naufan.

“Dario dihiatuskan demi citra perusahaan. Mama gak tau harus hadepin dia kayak gimana lagi, Fan. Sekarang dia cuma luntang-lantung gak jelas waktu Mama samperin ke apartemennya.” Mamanya tampak bersedih begitu membahas putra sulungnya.

Dario. Benar, salah satu artis Genius Entertainment yang terpaksa dihiatuskan karena skandal prostitusi yang merusak citra perusahaan sampai semua artis yang ada di bawah naungan Genius banyak mendapat ujaran kebencian dari publik. Dario adalah kakak kandung Naufan, tapi hubungan keluarga keduanya tidak pernah diungkap.

Hubungan Naufan dan Dario tidak pernah berjalan dengan baik. Sejak dulu, Dario hanya membawa masalah untuk keluarga, termasuk hal yang amat Naufan sesali, meninggalkan Kananta. Ada seorang wanita yang datang ke keluarganya untuk meminta pertanggungjawaban atas kehamilan yang dilakukan oleh Dario. Namun, saat itu Dario tengah berada di puncak kariernya. Kalau berita ini sampai ke publik, tentu saja kariernya akan berakhir dalam sekejap. Di situlah Naufan mengorbankan diri untuk bertanggung jawab. Naufan menikahi wanita itu sampai harus meninggalkan Kananta.

Selang beberapa bulan, wanita itu keguguran dan Naufan segera menceraikannya karena tidak ada alasan baginya untuk bertahan. Ia ingin kembali pada Kananta, berharap masih dapat memperbaiki hubungan keduanya. Namun, takdir berkata lain. Naufan harus mengubur semua keinginan itu karena ayah Kananta sudah terlanjur kecewa dan marah padanya, bahkan mengatakan kalau Kananta akan segera dinikahkan dengan pria lain.

Untuk menebus kesalahannya, Dario membantu Naufan untuk mengikuti audisi menyanyi di salah satu agensi, dan di situlah kariernya di mulai hingga sekarang. Naufan menyesali kebodohannya yang mau diperalat keluarga untuk menikahi wanita asing yang sama sekali tidak ia kenal. Membuat dirinya seolah sudah berbuat hina, sementara pelaku sebenarnya menikmati kesuksesan dengan nama yang bersih dari skandal. Meski pada akhirnya, kasus yang sama terulang dan Dario menjadi bulan-bulanan publik hingga aktivitasnya terpaksa dihentikan. Meski begitu, sang mama sangat menyayanginya dan melarang Naufan untuk membenci dengan alasan mereka bersaudara. Padahal, Naufan ingin memutus hubungan keluarga sejak lama.

“Tau gak, Ma? Tujuan Naufan bikin lagu itu buat selesaikan semua perasaan dan penyesalan yang selama empat tahun ini bikin hidup gak tenang. Tapi, ketika Naufan sudah sangat yakin untuk merilis lagu itu, kenapa Nanta harus muncul? Naufan mau jelasin alasan sebenarnya, tapi … kayaknya untuk bicara sama Naufan pun Nanta gak akan sudi.” Naufan hanya bisa mengeluh pada sang mama yang selama ini selalu menjadi pendengar dari setiap kegalauannya.

Entahlah, ia tak punya teman untuk berbagi masa lalunya sebab semua orang hanya bisa menyalahkan dirinya yang terlalu menurut pada keluarga saat itu. Ya, bahkan dirinya sendiri terus mengutuk dirinya di masa lalu karena kebodohan itu.

“Kalau kamu ingin memperbaiki citra kamu di hadapan Nanta, kamu perlu jelasin situasinya gimana. Meskipun kalian gak akan bisa kembali bersama, setidaknya kamu mendapat maafnya,” pungkas sang mama lantas berlalu pergi meninggalkan Naufan untuk merenungkan jawaban darinya.

“Mendapat maaf?” Naufan tersenyum getir. “Andai waktu bisa diputar kembali, gue lebih milih diasingkan dari keluarga ketimbang harus nanggung kesalahan abang brengsek kayak Dario,” gerutunya seraya melangkah masuk sebab udara semakin dingin.

Naufan merebah malas. Semakin larut, pikirannya makin tak keruan. Andai saja tadi ia tidak bertemu dengan Kananta, mungkin suasana hatinya akan sedikit lebih baik sepulang konser.

“Apa gue harus coba bicara sama Nanta yang sebenarnya ya?” Setelah sebelumnya meremehkan saran sang mama, sekarang Naufan malah kepikiran untuk menemui Kananta untuk menceritakan alasan meninggalkannya dulu. Namun, apakah ia benar-benar akan mendapat maafnya? Bukankah dari pertemuan tadi sudah menjelaskan bahwa memandangnya pun tampak tak sudi?

--

--

Kev

Welcome to Kevlitera, an archive for Kev's Story.